Hijrah


HIJRAH

Pengertian Hijrah

Hijrah adalah momen terpenting dalam sejarah dakwah Islamiyah. Hijrah merupakan pemisah antara dua fase, yaitu fase pembangunan akidah(di Mekah) dan fase pembangunan pilar-pilar Negara serta perlindungannya (di Madinah).

Hijrah Nabawiyah dari Mekah ke Madinah adalah peristiwa yang paling penting dalam sejarah dakwah Islamiyah, sebab hijrah adalah masa peralihan dalam sejarah kaum muslimin. Sebelum hijrah mereka adalah “Ummatud da’wah”. Mereka menyampaikan dakwah Allah kepada manusia tanpa didukung basis politik yang bisa melindungi para da’inya atau menangkal serangan yang dilancarkan musuh kepada mereka.

Sebab-sebab dan tujuan kaum muslimin berhijrah

Peristiwa hijrah akan terus menghembuskan angin segar dan memancarkan cahaya gemilang dalam perjalanan sejarah Islam. Hijrah merupakan harapan baru setelah kaum muslimin mengalami rasa putus asa dan memberikan kekuatan yang mampu mengatasi segala hambatan. Hijrah merupakan kemenangan nyata umat Islam setelah mereka menjalani masa-masa kehinaan. Hijrah merupakan titik tolak terbentuknya negara Islam dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Pada masa sekarang, sebagian orang Islam merasa lemah dan dihantui rasa putus asa. Namun, ketika mereka mempelajari dan menghayati peristiwa hijrah, mereka memperoleh semangat baru. Mereka merasakan adanya ruh cita-cita, kemuliaan, kekuatan dan kemenangan, karena makna hijrah selalu hidup dalam hati setiap muslim dan mukmin.

Fenomena hijrah terus berkembang di setiap masa dan tempat sejak diturunkannya risalah langit kepada umat manusia di muka bumi. Landasan hijrah menggugurkan teori materialisme, yaitu karena faktor pendorong tindakan manusia

Sebagian orang berpendapat bahwa hidup ini adalah materi, sedangkan manusia adalah binatang ekonomi. Dengan demikian, landasan setiap usaha dan pergerakan manusia adalah segi ekonomi. Pendapat lain mengatakan, lingkungan adalah kekuatan yang berpengaruh di dalam kehidupan manusia, seperti halnya pengaruh faktor keturunan.

Islam memandang segala kejadian di dunia ini dengan dua sudut pandang: sebagai peristiwa yang terjadi pada saat kini dan sebagai peristiwa yang dikendalikan oleh faktor iman dan keyakinan. Peristiwa hijrah juga dapat dilihat berdasarkan sudut pandang ini.

Perjalanan kaum muslimin dari Mekah ke Madinah bukanlah merupakan perjalanan menyenangkan yang dapat memulihkan kesegaran jiwa. Para sahabat Nabi pun bukan sekelompok orang yang tidak perduli terhadap tanah air, keluarga dan kerabatnya.

Pandangan yang menyatakan bahwa peristiwa hijrah itu terjadi karena dorongan memperoleh materi, tidak dapat diterima. Banyak hal yang membuktikan bahwa justru para sahabat Nabi rela meninggalkan kekayaannya.

Pada umumnya, para sahabat itu hanya memiliki materi pas-pasan. Abu Bakar Ashiddiq misalnya, ketika hijrah hanya membawa 6000 dinar dengan meninggalkn 10.000 dinar. Harta yang dibawa itu pun diinfakkan untuk keperluan dakwah dan memerdekakan orang mukmin yang lemah di Mekah.

Pada dasarnya, peristiwa hijrah itu suatu bukti sejarah yang kekal dan tidak mungkin ditafsirkan sebagai usaha memenuhi suatu kepentingan materi. Menurut pandangan rasional, peristiwa itu justru didorong oleh aspek rohani yang berpengaruh terhadap arah kehidupan manusia. Pada dasarnya dorongan keimananlah yang membuat kaum muslimin hijrah dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Kaum muslimin menganggap peristiwa hijrah sebagai awal perwujudan eksistensi mereka. Mereka tidak menghitungnya dari kelahiran Rasulullah Saw atau dari pengangkatan beliau sebagai Rasul Allah. Hal ini merupakan bentuk pemahaman kaum muslimin yang sangat dalam terhadap risalah agamanya dan suatu penghargaan terhadap hakikat hijrah.

Hijrah merupakan realitas ilmu pengetahuan Islam, merupakan simbol karya Islam yang mengagungkan aspek akidah terhadap Allah. Rasulullah Saw mengetahui persis situasi semenanjung Arab dan negara sekitarnya. Pada periode pertama, beliau memilih Ethiopia(Habasyah) sebagai tujuan hijrah, karena penduduknya termasuk ahli kitab(penganut agama samawi) dan mereka diperintah oleh raja yang adil.

Sehubungan dengan itu, peristiwa hijrah tidak bisa dianggap sebagai tindakan melarikan diri kaum musyrik, tetapi tindakan bervisi ke depan yang telah dipersiapkan dengan matang. Ketika orang-orang Quraisy melihat rombongan yang berhijrah terus mengalir ke luar Mekah, mereka menduga cepat atau lambat sang pemimpin yaitu Rasulullah Saw pasti akan menyusul. Untuk mengantisipasinya, mereka berkumpul di Darun-Nadwah(tempat pertemuan) dan bersepakat membunuh Nabi Muhammad Saw. Sehubungan dengan ini, Allah Swt berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 30:

øŒÎ)ur ãä3ôJtƒ y7Î/ z`ƒÏ%©!$# (#rãxÿx. x8qçGÎ6ø[ãŠÏ9 ÷rr& x8qè=çGø)tƒ ÷rr& x8qã_̍øƒä† 4 tbrãä3ôJtƒur ãä3ôJtƒur ª!$# ( ª!$#ur çŽöyz tûï̍Å6»yJø9$# ÇÌÉÈ

dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.

Maka Allah memberitahukan Nabi-Nya tentang keputusan tersebut. Pada malam hari, Nabi meminta kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di ranjangnya, lalu beliau keluar rumah, terus pergi ke gua. Orang-orang musyrik mengepung rumah Nabi. Ketika pagi tiba, mereka memburu Nabi ke tempat tidurnya, tetapi ternyata yang tidur di sana adalah Ali. Mereka bertanya ”mana temanmu, Muhammad?” Ali menjawab, “saya tidak tahu”. Kenyataannya Rasulullah bersembunyi di gua selama tiga hari, dan kaum musyrik tidak dapat menemukan Nabi, karena mulut gua tersebut ditutupi oleh laba-laba, sehingga kaum musyrik mengira bahwa tidak mungkin Nabi berada di situ.

Kaum muslimin bekerja secara sungguh-sungguh, mereka berhasil melakukan hijrah disertai keyakinan bahwa segala sesuatu tidak akan sempurna dan tidak akan terlaksana tanpa kehendak Allah. Inilah kemenangan yang besar.

Kaum muslimin juga melakukan pengaturan hijrah, di antaranya:

1. Keputusan berhijrah itu diambil oleh Rasulullah Saw secara rahasia

2. Tidak ada yang mengetahui rencana itu, kecuali Abu Bakar ra beserta keluarganya, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa orang yang ditugaskan menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan hijrah.

3. Memilih tempat di gua bagian tenggara

4. Memilih tempat yang sulit ditempuh oleh musuh sebagai tempat persembunyian, yaitu gua yang terletak di puncak bukit.

5. Mengatur pencarian informasi untuk mengetahui segala rencana penduduk Mekah

6. Mengatur urusan makan dan minum dan menentukan waktunya. Tugas ini diserahkan kepada Amir bin Fuhairah, pembantu Abu Bakar.

7. Mengatur komunikasi dengan sesama muslim yang tinggal di kota Mekah.

Hijrah Nabawiyah dari Mekah ke Madinah adalah peristiwa yang paling penting dalam sejarah dakwah Islamiyah. Sebab, hijrah adalah masa peralihan dalam sejarah kaum muslimin. Setelah hijrah berdirilah “Daulatud da’wah” yaitu suatu kedaulatan yang dipundaknya terletak tanggung jawab menginternasionalisasikan Islam ke seluruh jazirah Arab dan daerah-daerah sekitarnya. Daulah yang mengirim para “du’at” ke berbagai penjuru dunia dan daulah yang mampu melindungi mereka dari semua gangguan, ancaman, intimidasi yang akan menghadang di depan mereka atau yang telah menimpa mereka. Hal tersebut pada akhirnya memicu timbulnya peperangan.

Oleh karena itu, tidak heran kalau kita lihat para sahabat pada era keemasan khalifah Umar bin Khattab ra telah sepakat menjadikan tahun hijrah Nabawiyah sebagai permulaan penanggalan Islami. Pada waktu itu khalifah Umar mengumpulkan sejumlah sahabat dan meminta pendapat mereka mengenai pembuatan penanggalan Islami.

2 Tanggapan

  1. MAKASIH, SANGAT MEMBANTU 🙂

    Suka

  2. perjananan hijrah

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.