OPTIMIS dalam Literasi


OPTIMIS

Pendahuluan

Optimis adalah sikap atau pandangan yang positif terhadap keadaan atau masa depan. Orang yang optimis biasanya merasa yakin bahwa hal-hal yang baik akan terjadi, dan cenderung berpikir bahwa masalah atau kesulitan yang dihadapi akan teratasi dengan baik. Orang yang optimis juga biasanya lebih mudah merasa bahagia dan memiliki sikap yang positif terhadap hidup.

Optimis berbeda dengan pesimis, yaitu sikap atau pandangan yang negatif terhadap keadaan atau masa depan. Orang yang pesimis biasanya merasa tidak yakin bahwa hal-hal yang baik akan terjadi, dan cenderung berpikir bahwa masalah atau kesulitan yang dihadapi tidak akan teratasi dengan baik. Orang yang pesimis juga biasanya lebih sulit merasa bahagia dan memiliki sikap yang negatif terhadap hidup.

Menurut para ahli, pengertian optimis adalah sebagai berikut:

  1. Menurut Dictionary.com, optimis adalah sikap atau pandangan yang positif terhadap keadaan atau masa depan.
  2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), optimis adalah sikap atau pandangan yang memandang bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan baik.
  3. Menurut Dictionary of Psychology, optimis adalah sikap yang memandang keadaan atau masa depan dengan harapan yang positif.
  4. Menurut The Cambridge Dictionary, optimis adalah sikap yang memandang masa depan dengan harapan yang positif dan percaya bahwa hal-hal yang baik akan terjadi.
  5. Menurut Oxford Living Dictionaries, optimis adalah sikap atau pandangan yang memandang keadaan atau masa depan dengan harapan yang positif dan percaya bahwa hal-hal yang baik akan terjadi.

Membentuk pribadi yang optimis dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

  1. Mencoba untuk melihat sisi positif dari setiap situasi. Ketika menghadapi masalah atau kesulitan, cobalah untuk mencari solusi atau sisi positif dari masalah tersebut.
  2. Belajar mengelola emosi dengan baik. Pemahaman dan kendali emosi dapat membantu kita untuk tidak mudah stress atau frustrasi, sehingga kita dapat terus berpikir positif.
  3. Berlatih rutin untuk mengucapkan kata-kata positif kepada diri sendiri. Ini dapat membantu kita untuk membangun kepercayaan diri dan merasa lebih optimis.
  4. Mencoba untuk tidak terlalu membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Fokus pada kemajuan dan prestasi yang telah dicapai, bukan pada apa yang belum tercapai.
  5. Belajar untuk bersyukur atas apa yang telah dimiliki. Mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang telah diterima dapat membantu kita untuk merasa lebih bahagia dan optimis.
  6. Mencoba untuk tidak terlalu menyimpan rasa dendam atau kemarahan. Membiarkan rasa dendam atau kemarahan terus terpendam dapat menimbulkan stres dan negativitas, sehingga lebih sulit untuk merasa optimis.
  7. Berlatih rutin untuk berolahraga atau melakukan kegiatan fisik lainnya. Olahraga dapat membantu mengeluarkan hormon-hormon yang dapat meningkatkan suasana hati dan membantu kita merasa lebih optimis.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi seseorang agar berlaku optimis:

  1. Beri contoh dan tunjukkan sikap optimis. Seringkali, orang akan menirukan perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh orang lain. Jadi, jadilah contoh yang baik dengan menunjukkan sikap optimis di depan orang lain.
  2. Bantu mereka menemukan sisi positif dari setiap situasi. Ketika seseorang mengalami masalah atau kesulitan, bantulah mereka untuk mencari solusi atau sisi positif dari masalah tersebut.
  3. Berikan dukungan dan kesempatan untuk belajar. Seringkali, rasa optimis datang dari rasa percaya diri yang tinggi. Berikan dukungan dan kesempatan bagi orang tersebut untuk belajar dan mengembangkan kemampuan, sehingga mereka dapat merasa lebih percaya diri dan optimis.
  4. Ajak mereka untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat membantu meningkatkan suasana hati seseorang dan membuat mereka merasa lebih optimis.
  5. Beri pujian dan ucapan terima kasih. Pujian dan ucapan terima kasih dapat membantu seseorang untuk merasa lebih dihargai dan yakin akan kemampuannya, sehingga mereka dapat merasa lebih optimis.
  6. Berikan kebebasan dan kepercayaan. Memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada seseorang dapat membantu mereka untuk merasa lebih terhormat dan merasa memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri, sehingga mereka dapat merasa lebih optimis.
  7. Berikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan. Memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan seseorang dapat membantu mereka untuk merasa lebih percaya diri dan optimis tentang kemampuan mereka untuk menyelesaikan tantangan tersebut.

Ada beberapa hikmah atau manfaat dari sikap atau pandangan optimis, di antaranya:

  1. Meningkatkan kualitas hidup. Orang yang optimis cenderung merasa lebih bahagia dan memiliki sikap yang positif terhadap hidup, sehingga kualitas hidup mereka menjadi lebih baik.
  2. Mendorong kreativitas dan inovasi. Orang yang optimis cenderung lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan lebih berani mencoba hal-hal yang baru, sehingga dapat mendorong kreativitas dan inovasi.
  3. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Orang yang optimis cenderung lebih sehat secara fisik dan mental, karena mereka cenderung lebih sedikit merasa stres atau frustrasi.
  4. Mendorong prestasi. Orang yang optimis cenderung lebih percaya diri dan yakin akan kemampuannya, sehingga dapat mendorong prestasi yang lebih baik.
  5. Meningkatkan hubungan sosial. Orang yang optimis cenderung lebih mudah terhubung dengan orang lain dan membangun hubungan sosial yang baik, karena sikap positif mereka dapat menarik orang lain untuk berinteraksi dengan mereka.

Berikut beberapa dalil yang dapat menjelaskan tentang sikap atau pandangan optimis:

  1. Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286: “Tiap-tiap yang berbuat baik, maka baginya pahala yang baik pula. Dan tiap-tiap yang berbuat buruk, maka tidaklah baginya kecuali dari pada keburukan yang semisal.” Ayat ini menunjukkan bahwa setiap orang yang berusaha untuk berbuat baik akan mendapatkan pahala yang baik pula. Ini dapat diinterpretasikan sebagai dorongan untuk selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik dan memiliki sikap optimis bahwa hal-hal yang baik akan terjadi.
  2. Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286: “Dan tiap-tiap yang beriman dan beramal shaleh, maka Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan itu.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang beriman dan berbuat kebajikan. Ini dapat diinterpretasikan sebagai dorongan untuk selalu berusaha untuk berbuat kebajikan dan memiliki sikap optimis bahwa pahala yang baik akan diterima.
  3. Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 60: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.” Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang bertawakkal kepada Allah akan dicukupkan kebutuhannya. Ini dapat diinterpretasikan sebagai dorongan untuk selalu bertawakkal kepada Allah dan memiliki sikap optimis bahwa Allah akan mencukupkan kebutuhan kita

Adapun hadits yang dapat dijadikan sebagai dalil tentang sikap atau pandangan optimis:

  1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Bukhari) Hadits ini menunjukkan bahwa sebaik-baik kita adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Ini dapat diinterpretasikan sebagai dorongan untuk selalu berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain dan memiliki sikap optimis bahwa hal-hal yang baik akan terjadi.
  2. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah tidak pernah merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (HR. Muslim) Hadits ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali jika mereka sendiri merubah keadaan yang ada pada diri mereka. Ini dapat diinterpretasikan sebagai dorongan untuk selalu berusaha untuk merubah keadaan yang ada pada diri kita dan memiliki sikap optimis bahwa keadaan yang lebih baik akan terjadi.
  3. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengharapkan (rezeki) dari Allah, maka Allah akan memberinya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mengharapkan rezeki dari Allah akan diberikan rezeki oleh Allah, dan orang yang bertawakkal kepada Allah akan dicukupkan keperluannya oleh Allah. Ini dapat diinterpretasikan sebagai dorongan untuk selalu mengharapkan rezeki dari Allah dan bertawakkal kepada Allah, serta memiliki sikap optimis bahwa kebutuhan kita akan dicukupkan oleh Allah.

PRINSIP KOMUNIKASI EEFEKTIF


Prinsip Komunikasi Efektif

Terdapat lima prinsip atau hukum Komunikasi Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Pada Dasarnya, komunikasi adalah upaya bagaimana seseorang dapat meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Adapun kelima prinsip atau hukum komunikasi yang harus dipedomani agar komunikasi berjalan efektif adalah:

1.     React/Sikap menghargai sesama individu.    
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting, sehingga jika komunikasi dibangun dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kerjasama yang baik akan terjalin sehingga dapat menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja, baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

2.     Empati/Kemampuan menempatkan diri pada situasi yang dihadapi orang lain.

Prinsip kedua adalah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu unsur utama dalam menumbuhkan sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.

3.     Audible/Dapat didengarkan dan dimengerti

Prinsip atau hukum komunikasi ketiga selanjutnya adalah audible, adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati memiliki arti harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan, dan atau alat bantu audio visual yang membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4.     Clarity/Kejelasan Pesan

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi perlu dikembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim dari organisasi maupun lembaga. Tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan dapat menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim.

5.     Humble/Sikap rendah hati

Prinsip atau Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang dimiliki oleh seseorang. Sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Apabila komunikasi yang dibangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan

Adab Wali Murid


ETIKA WALI MURID

Animasi bergerak untuk powerpoint (16) start - mulai

BEBERAPA KALI KITA DENGAR DAN KITA TEMUKAN ORANG TUA MURID BERTINDAK LANCANG KEPADA GURU DARI ANAKNYA. BAHKAN SAMPAI BERANI MELAPORKAN SANG GURU KE KEPOLISIAN. UPAYA BODOH SEPERTI ITU SEBENARNYA TELAH MENUTUP PINTU ILMU DAN CAHAYA ILAHI BAGI SANG ANAK.

Sebuah Kisah Inspiratif di zaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Ada seorang yang busuk hatinya ingin memfitnah Syekh Abdul Qadir, lalu ia berupaya mencari jalan untuk memfitnahnya. Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir dan mengintipnya. Kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir, ia melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya. Syekh Abdul Qadir suka makan ayam dan setiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain, ia akan makan separuh saja, lebihan makanan tersebut akan diberi kepada muridnya. Maka orang tadi pergi kepada bapak murid Syekh Abdul Qadir. Baca lebih lanjut

Aplikasi KBM Untuk KTSP


Aplikasi KBM Untuk KTSP

Untuk meudahkan para guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar, kami membuat aplikasi berbasis Excel Kurikulum KTSP Tingkat SMP yang tergabung dalam satu file terintegrasi.

Baca lebih lanjut

BELAJAR DAN MENGAJAR


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

(Sebuah Definisi)

i-have-ideaBelajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, demikian menurut teori behavioristik. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta didik seperti alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar peserta didik, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, sebagaimana yang dikemukakan oleh Thorndike (dalam Budiningsih, 2004: 21) bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. STIMULUS adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh indera. sedangkan RESPON adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkrit (dapat diamati) atau tidak konkrit (tidak dapat diamati). Baca lebih lanjut

KOMPONEN PENDIDIKAN


KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu: Baca lebih lanjut

PENDIDIKAN AGAMA MEMBANGUN MORAL


PENDIDIKAN AGAMA
MEMBANGUN MORAL/ETIK PESERTA DIDIK

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik personal maupun kolektif. Pendidikan juga merupakan suatu upaya manusia untuk memanusiakan dirinya dan membedakannya dengan makhluk lain. Untuk itu pendidikan menjadi penting, tatkala manusia berinteraksi dengan manusia lainnya dan pendidikanlah yang akan membedakan kualitas interaksi tersebut. Interaksi akan terlihat indah jika didalamnya tertanam nilai-nilai agama (moral). Nilai agama inilah yang akan membentuk tata aturan supaya hidup menjadi harmonis dan agama pula yang menjadikan hidup ini terarah.
Agama juga mengatur hubungan manusia dengan khalik-Nya, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagiaan bathiniah.
Sebab itulah pendidikan agama Baca lebih lanjut