MENGAPA HARUS MENDIDIK?


MENGAPA HARUS MENDIDIK ?

Pendahuluan
Kehidupan terasa seimbang satu sama lain, tatkala manusia dapat memposisikan dirinya dalam beraktifitas, serta dapat membedakan mana yang hak dan mana kewajiban dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu manusia dalam aktifitasnya selalu berhubungan dengan manusia lainnya, begitupun dalam memenuhi kebutuhan affektifnya. Hal ini menjadi bukti bahwa manusia harus bermanfaat untuk orang lain dalam segala hal. Untuk meningkatkan dan menjadikan dirinya bermanfaat haruslah dengan pengetahuan baik yang didapat secara formal maupun nonformal.
Pada saat seperti inilah manusia harus belajar dengan tujuan agar hidupnya tak terlalu bergantung kepada orang lain, tahu diri dengan lingkungan sekitarnya, berimtak dan beriptek serta mamatuhi norma-norma agama, adat dan masyarakat. Dan tak kalah pentingnya agar mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
Berhubungan dengan term “belajar” banyak aspek yang terkait di dalamnya, karena belajar dapat dilakukan kapan dan dimana saja, yang jelas dalam belajar tentu adanya orang yang memberi pelajaran dalam hal ini guru atau pendidik, adanya orang yang menerima pelajaran dalam hal ini murid atau terdidik, serta adanya proses untuk belajar dalam hal ini pendidikan. Adapun kata lain yang sering pula digunakan adalah “mendidik”.
Mendidik adalah kata imbuhan yang berakar kata “didik”, dari kata itu pula terbentuk kata lain yakni pendidik dan terdidik. Kata mendidik merupakan kata kerja dari suatu perbuatan didik, yakni membuat orang jadi terdidik, mentransfer pengetahuan kepada orang lain dengan cara yang sistimatis. Jadi mendidik adalah suatu perbuatan pentrasferan pengetahuan kepada seseorang dari tidak tahu menjadi tahu secara sistimatis, sehingga bermanfaat dalam kehidupannya dimasa kini dan mendatang serta tidak ketergantungan berlebihan kepada orang lain. Hal ini berarti dengan adanya pendidikan manusia mampu hidup mandiri, dapat membedakan antara yang baik dengan yang tidak baik dan tentunya dapat menjadi khalifah di bumi.
Adapun kata pendidik lebih ditujukan kepada orang yang memberi didikan yakni Guru, sedangkan terdidik adalah orang yang menerima didikan yakni murid/siswa. Selain tiga kata tersebut diatas kita juga mengenal istilah pendidikan yang merupakan bentukan lain dari kata didik.

Pembahasan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ada istilah lain yang juga sering digunakan yang berhubungan dengan kata didik, yakni pendidikan. Pendidikan adalah kata yang berkonotasi dengan instansi tertentu, namun bila di telaah lebih dalam dapatlah diketahui bahwa yang namanya pendidikan tidak mesti terjadi di suatu instansi tertentu. Dengan sebab inilah pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal dan non formal, yang kesemuanya bermakna pendidikan. Lebih jauh Athiyah Al-Abrasyi mengartikan pendidikan dengan upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih menyempurnakan etika, sistimatis dalam berpikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan dan tuli, serta memiliki beberapa keterampilan
Dari pengertian pendidikan yang dikemukakan di atas tersirat bahwa terjadinya hal seperti disebutkan dalam pengertian pendidikan tersebut adalah adanya proses belajar yang “mungkin” sangat panjang. Kita sepakat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sudah menjadi pintar, demikian pula sebaliknya tidak ada makhluk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang diciptakan manusia dewasa. Oleh karena itu kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah (seperti berjalan, duduk dan sebagainya) manusia juga membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohaniah (seperti pengetahuan). Oleh karena itu belajar menjadi sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Barangkali hal ini dilhami oleh sebuah hadits yang sangat umum kita dengar yakni: “Tuntutlah ilmu dari dalam ayunan sampai liang lahat” (ا طلب العلم من المهد الى اللهد ) yang mengajarkan long life education pada manusia.
Apakah belajar itu? Mengenai definisi belajar banyak para ahli pendidikan berbeda pendapat satu sama lain, misalnya apa yang dikemukan oleh Witherington, dalam bukunya Educational Psychology berpendapat bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”. Sedangkan Morgan berpendapat bahwa: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut belajar adalah mencakup elemen-elemen sebagai berikut:
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan tersebut dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, dan juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebuh buruk.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengamatan, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan yang terjadi pada seorang bayi.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu tersebut berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

Oleh karena belajar mempunyai elemen yang sangat luas dalam kehidupan, maka belajar yang dilakukan manusia sangat cenderung dengan imajinasi dan kesanggupannya dalam mendapatkan sesuatu yang baru dalam situasi kesadaran yang dimilikinya. Hal inilah yang menjadikan belajar sangat berperan dalam segala situasi dan kondisi. Pemikiran inilah yang memberikan definisi bahwa yang dinamakan belajar berlangsung dalam segala hal, bahkan dalam bermainpun ada proses belajar.
Lalu apakah yang dilakukan dalam pendidikan? Sebelum menelaah pertanyaan tersebut lebih jauh, ada baiknya kita ketahui pendidikan itu sendiri.
Pendidikan adalah proses menuju perubahan. Dalam pendidikan ada proses belajar, dalam pendidikan pula kita mengenal dua istilah bersamaan, yakni pendidik dan terdidik. Baik pendidik maupun terdidik akan selalu ada dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, baik sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Istilah lain yang lazim digunakan untuk pendidikan adalah guru. Orang pertama yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Oleh karena berbagai hal, maka orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik.
Adapun tugas pendidik sebagaimana tersirat dalam definisi di atas adalah sebagai berikut:
Membimbing si terdidik, yakni mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.
Memiliki pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan, yakni pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan iptek dan imtak, yang tidak hanya sekedar diketahui melainkan juga di amalkan dan diyakininya sendiri terutama dalam hal ilmu keagamaan.

Selain tugas di atas adapula tugas yang tak kalah pentingnya, yakni agar si pendidikan untuk selalu meninjau diri sendiri, baik dari reaksi si anak, dari hasil usaha-usaha pendidikannya, maupun dari pendidik tersebut dalam memperoleh informasi.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.